FILSAFAT SEJARAH (PENDAHULUAN)

Posted: September 21, 2011 in FILSAFAT SEJARAH
Tags: ,

FILSAFAT SEJARAH SPEKULATIF

Filsafat Sejarah Spekulatif merupakan suatu perenungan filsafati mengenai tabiat atau sifat-sifat gerak sejarah, sehingga diketahui srtruktur-dalam  yang terkandung dalam proses gerak sejarah dalam keseluruhannya. Menurut Ankersmit (1987: 17), umumnya terdapat tiga hal yang menjadi kajian filsafat sejarah spekulatif, yaitu pola gerak sejarah, motor yang menggerakkan proses sejarah, dan tujuan gerak sejarah. Melalui tiga hal ini, lebih-lebih untuk hal yang ketiga, sistem-sistem sejarah spekulatif tidak hanya berbeda dengan pengkajian sejarah “biasa” karena secara khusus meneropong masa depan, juga, dalam pengungkapannya mengenai masa silam, cara kerja seorang filsuf sejarah spekulatif berbeda dengan cara kerja seorang peneliti sejarah yang “biasa”. Apa yang ditemukan dan diungkapkan oleh seorang peneliti sejarah “biasa”, bagi seorang filsof sejarah spekulatif baru merupakan titik permulaan. Bila seorang filsuf sejarah spekulatif sudah maklum bagaimana proses sejarah terjadi (di sini seorang peneliti sejarah “biasa” berhenti), maka ia ingin menemukan suatu arti atau kecenderungan lebih dalam di dalam proses ini. Sering kita merasa tidak puas dengan sebuah pemaparan dan penjelasan mengenai proses sejarah seperti yang terjadi; kita juga ingin memberikan suatu arti kepada masa silam itu, sehingga aktivitas manusia pada masa silam itu memperoleh suatu makna. Selanjutnya, Filsafat Sejarah Kontemplatif – nama lain dari Filsafat Sejarah S[ekulatif – pun menaruh perhatian terhadap pembahasan untuk membatasi pola-pola gerak yang diikuti sejarah dalam perjalanannya dan meneliti tentang faktor-faktor yang membuat timbulnya suatu pola tertentu dalam gerak sejarah. Langkah ini mereka lakukan lewat penyingkapan hukum-hukum umum yang mendominasi gerak itu, di samping perhatian para pengkaji itu untuk menemukan makna gerak itu. Terkadang ada yang berpendapat bahwa makna gerak itu berkembang ke arah kebebasan, keadilan, perealisasian kehendak Tuhan, kemajuan ke arah penegakan kehendak manusia, dan sebagainya.

Mengenai motor penggerak sejarah,  al-Khudhari (1987: 54) menyebutkan bahwa para pemikir berbeda pendapat mengenai faktor utama yang mengendalikan perjalanan sejarah. Dalam hal ini ia mencatat ada tiga pendapat, yaitu:

  1. Alloh-lah faktor satu-satunya yang mengendalikan perjalanan sejarah.
  2. Tokoh-tokoh yang pahlawanlah yang membuat dan menggerakkan sejarah.
  3. Faktor ekonomi.

Berkaitan dengan ini muncul pertanyaan lanjutan, apakah sejarah atau kondisi-kondisi historis merupakan realitas objektif yang mandiri dari akal manusia, dari konsepsinya, dari tindakan-tindakannya? Ataukah ada suau determinisme sejarah yang paripurna dan memaksakan dirinya dari luar terhadap manusa dan manusia ini sendiri tidak mampu mengubahnya? Ataukah manusialah yang membuat sejarah dan mengendalikan perjalanannya? Kaum materialis mempercayai pendapat pertama. Mereka merujukkan segala perubahan historis pada kondisi-kondisi ekonomis dan bentuk serta sarana produksi dalam masyarakat. Lebih jauh lagi mereka menyatakan tentang adanya determinisme historis. Pendapat yang kedua dipegangi para filosof idealis yang menolak determinisme sejarah dan menyatakan bahwa manusialah yang menggerakkan sejarah.

Comments
  1. absal says:

    tulisan tentang islamnya begitu banyak ya pak ^_^
    tulisan tentang filsafat sejarahnya di perbanyak juag atuh pak. buat bahan di kelas
    hatur nuhun

  2. fathia says:

    materi di kelas,disampaikan lebih rinci ya, pa,,
    masih banyak hal yang harus dipikirkan ulang, karena filsafat..
    subhanallah ya,,

  3. Budi Gustaman says:

    Pak saya mau tanya, idealisme itu kan berlandaskan sebuah keikhlasan yg mengesampingkan materi, lalu di tulisan bapak disebutkan bahwa idealisme lebih mendukung konsep manusia sebagai penggerak sejarah. Lalu bagaimana dengan konsep Allah yg mengerakan sejarah?apakah ada golongan berbeda dari idealisme dan materialisme yg mndukungnya?atau apakah konsep Allah sebagai penggerak sejarah itu hanya sebagai sebuah batas antara idealisme dan materialisme,,,dengan kata lain kedua aliran itu menganut konsep itu?
    makasih pak

  4. Agung Hidayat says:

    Yang saya ketahui mengenai arti kata spekulatif tersebut sendiri adalah sesuatu pendapat yang bersifat prediktif kan pak, nah pertanyaan saya adalah apakah suatu hal yang bernilai spekulatif sendiri dapat dikatakan benar atau baik dalam konteks kesejarahan ?

  5. Agung Hidayat says:

    Karena menurut hemat saya peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang tidak akan mungkin dapat diprediksi atau dicap sama perstiwanya, melainkan hanya pola peristiwanya saja. Terimakasih

  6. Amigo INezs says:

    pak saya mencoba untuk menjawab pertanyaan budi mudah-mudahan bisa diterima..
    perbedaan yang menggunakan Allah sebagai suatu konsep dalam pemikiran idealisme dengan yang lain adalah menempatkan Tuhan sebagai faktor utama dalam menggerakan sebuah sejarah. Biasanya hanya orang yang khususnya menggunakan teologi (islam) yang menjadikan Tuhan sebagai salah satu faktor yang sangat berpengaruh karena umumnya para filsuf barat sangat berpikiran rasional.
    Menurut saya konsep Allah bukan sebagai batas antara idealisme dan materialisme, sangat jelas bahwa konsep Allah masuk ke dalam idealisme namun kedepannya tetap bertahan tidak mengalami pergeseran ke materialisme seperti konsep yang sebelumnya (liberalisme dan kapitalisme). Hal ini dikarenakan idealisme konsep Allah tersebut dipengaruhi faktor keagamaan yang tidak dapat berubah sesuai perkembangan waktu (agama itu hukumnya mutlak).

    pak saya juga punya pertanyaan mengapa materialisme memiliki kaitan erat dengan nuturalisme? lalu mengapa filsafat sejarah dapat digunakan sebagai historical judment padahal kita tahu dalam membuat historiografi sebenarnya telah dilakukan metode sejarah yakni kritik,interpretasi dan koroborasi untuk menghindari kesalahan ??? pertimbangan yang seperti apa yang ditunjukkan oleh filsafat sejarah dalam hal ini??

    terima kasih pak,, (Annissa F.)

  7. —Saya ingin membahas tentang alinea terakhir dari tulisan bapak. Saya ingin menguraikan akan pendapat pertama yang mengatakan bahwa Allah-lah faktor satu-satunya yang mengendalikan perjalanan sejarah dengan versi yang saya ketahui.Setahu saya,sejarah tercipta karna ada manusia. Jika tidak ada manusia,maka tidak ada yang disebut peradaban(dilanjutkan dengan perkembangannya ke arah budaya,religi,dan sosialnya). Terlepas dari asal muasal manusia terbentuk, saya membahas tentang pola pikir manusia yang berkembang. Perkembangan pemikiran inilah yang menciptakan keselarasan di dalam berkehidupan. Mulai timbul hal – hal yang dianggap tidak layak (negatif) dan hal – hal yang patut dikembangkan (positif). Perkembangan ini juga menciptakan pemikiran – pemikiran yang hendak membatasi perkembangan itu itu dengan menciptakan kelompok – kelompok yang mempengaruhi perkembangan pemikiran itu (hal ini dimaksudkan secara tidak langsung untuk mencegah terjadinya perkembangan pemikiran ke arah yang tidak diinginkan atau hal yang ditakutkan untuk dicoba).Kita ingat tentang masa renaisance (masa kegelapan) dimana agama menjadi pembatas bagi perkembangan ilmu pengetahuan manusia, namun “kodrat manusia yang semakin dilarang semakin menjadi” membuat Eropa terlepas dari belenggu pembatasan itu namun tetap menghargai akan agama itu juga.
    —Untuk pendapat yang kedua, mungkin maksud dari =Tokoh-tokoh yang pahlawanlah yang membuat dan menggerakkan sejarah= adalah mereka yang berani mencoba hal – hal baru, penemu, pencipta, dan berani mengembangkannya lah yang dimaksud dengan pahlawan. Contohnya saja Galileo Galilei mewakili ilmu berpikir filsuf, Albert Einsten mewakili ilmu pasti, James watt mewakili ilmu teknologi, Jenderal Soedirman mewakili ilmu Perang Gerilya Modern, Michael Jackson mewakili ilmu tarian modern, Rhoma Irama mewakili ilmu menyanyi dangdut ala Indonesia, dan masih banyak lagi para tokoh – tokoh lainnya. Mereka disebut pahlawan karena berani mencoba dan mengungkap suatu pengetahuan yang dimana sebelumnya tidak terpikirkan oleh orang lain. Seandainya saja saya juga bisa membuat sebuah ciptaan, atau saya berani melanjutkan sebuah teori yang dianggap gagal dan dapat berhasil setelah saya lanjutkan dan berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang mendunia, maka mungkin saya akan masuk ke dalam jajaran pahlawan tadi (amin ya pak). Tapi seandainya mereka tidak melakukan apa – apa dan hanya berjalan mengikuti arus kehidupan yang biasa, maka mungkin nama mereka tidak ada disitu tetapi nama orang lainlah yang berada di deretan nama pahlawan itu.
    —Untuk pendapat yang ketiga saya tidak bisa berkata banyak pak karna memang itulah faktanya. Ekonomi itu adalah sifat dasar dari kebutuhan manusia selain berpolitik. Disaat kebutuhan manusia itu hendak dipenuhi, maka berpikirlah dia untuk mendapatkan kebutuhannya tersebut. Seiring berjalannya waktu, pemikiran manusia itu tidak hanya terbatas bagaimana memenuhi kebutuhannya itu saja, tetapi juga berpikir bagaimana dengan mudah mendapatkan kebutuhannya itu. (bagi saya kebutuhan=ekonomi, dan pikiran=politik).
    —sekian untuk uraian saya tentang alinea terakhir dari tulisan bapak, bila ada yang salah dari apa yang saya uraikan mohon ditanggapi buat bapak dan teman – teman yang mebaca.
    Salam hangat..
    Samuel P.Siregar (180310090013)
    Ilmu sejarah Fakultas Sastra 2009.

  8. Asep Rahmat Hidayat says:

    pak”apakah filsafat sejarah hanya membahas yang bersifat tentang abstrask saja?
    mengapa? karna filsafat “abstrak ” mesti bisa menggambarkan situasi dan kondisi.?

    Asep Rahmat Hidayat
    180310080039

  9. pak saya Karolina Sianipar
    saya mau tanya
    Ilmu pengetahuan yang semakin maju dengan semakin bertambahnya pengetahuan kita tentang hukum-hukum alam.sehingga kemanusiaan pun akan semakin melangkah maju kearah masa depan yang cemerlang. Histori memandang teori kemajuan sebagai salah satu upaya dalam menganalisis realita yang dianggap rasional. namun bagaimana dengan agama yang jika dipandang peristiwa-peristiwa yang ada atau realitanya dipandang irasional. Apakah agama sifatnya mengarah maju kearah masa depan yang cemerlang atau sifatnya malah mengarah kepada kemunduran?
    _Karolina Sianipar_
    180310090001

  10. mahiruddin (180310080030) says:

    menngenai motor penggerak sejarah saya lebih condong pada pendapat Al-Khudri yang menyatakan bahwa ”Tokoh-tokoh yang pahlawanlah yang membuat dan menggerakkan sejarah”, menurut saya hanya seorang individu yang berhak memilih dan yang menentukan jalan hidupnya sendiri hingga suatu perbuatan, jasa, bahkan hinnga namanya akan dikenang oleh orang-orang minimal sanak familinya.

  11. azhari pratama says:

    pa filsafat sejarah itu bersifat kritis dan membahas tentang kebenaran sumber atau sarana sarana, Persoalan yang dihadapinya adalah adalah tentang penjelasan sejarah atau pada khususnya masalah penyebab atau sebab-akibat. dan menurut bapa apa yang di maksud dengan membahas tentang kebenaran sumber itu?
    masalah sebab akibatnya itu apa pa ?
    Azhari pratama
    180310090037

  12. M. Dimas (180310080009) says:

    Tanggapan saya untuk komentar Budi Gustaman.

    Ajaran filsafat adalah hasil pemikiran sesorang atau beberapa ahli filsafat tentang sesuatu secara fundamental. Dalam memecahkan suatu masalah terdapat perbedaan di dalam penggunaan cara pendekatan, hal ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang berbeda pula, walaupun masalah yang dihadapi sama, misal ekonomi. Dalam skala dan rentang waktu yang berbeda, maka melahirkan pro-kontra dari tesis dan anti-tesis, sehingga menghasilkan sintesa yang berbeda pula. Baik itu idealisme ataupun materialisme, itu merupakan suatu keangkuhan filsafat dari gagasan yang dihasilhan akal. Karena secara garis besar, artian filsafat adalah berpikir.

    Terkait dengan Tuhan sebagai penggerak sejarah, lebih kepada kepercayaan terhadap agamanya dari individu seseorang. Jadi sebagai orang yang ber-agama, kita tidak dapat meng-absurd keyakinan beragama, tidak pula menetapkan pijakan terhadap akal. Karena semata-mata bahwa Tuhan memang dapat mengendalikan gerak sejarah. Sehingga Tuhan sebagai penggerak sejarah, itu terlepas dari idealisme kita terhadap agama. Yang bermakna “Filfafat itu keluhan orang orang bijak ” (meninggikan akal, tanpa memandang agama). Jadi konsep Tuhan terlepas dari apakah dia Idealis atau materialis bahkan komunis. Bagaimana manusia mempergunakan akal-nya.

    Menurut hemat saya, kaum filsafat itu sendiri sebenarnya lepas dari agama, dan itu bila dlihat dari runtutan perjalanan filsafat sejak lahirnya. Terbukti dalam upaya mengikis agama, fisafat selalu bernuansa dan berpayung seolah-olah menyeragamkan agama, di situlah keangkuhan filsafat tanpa memandang Tuhan sebagai penggerak sejarah.

  13. Agus Elvan B says:

    Agus Elvan B (180310090027), Jurusan Ilmu Sejarah 2009.

    Salam hangat, Bapak dan teman-teman senasib seperjuangan sekalian. Izinkan saya menuangkan hasil pemikiran dan pendapat saya mengenai filsafat sejarah ini. Terima kasih

    Ada perbedaan antara ahli sejarah dengan filsuf sejarah. Ahli sejarah mempunyai tugas untuk mengumpulkan bukti-bukti peninggalan dari suatu peristiwa sejarah. Mungkin dalam bentuk sumber dan lain sebagainya, namun bagi filsuf sejarah, tidak hanya cukup sampai tahap itu saja, bagi mereka penalaran pemikiran untuk peristiwa sejarah tersebut sangat diperlukan untuk mengetahui hakikat dari peristiwa sejarah tersebut. Hasrat untuk menguak “apa yang sebenarnya terjadi” dalam suatu peristiwa sejarah adalah poin penting dari filsafat sejarah. Disinilah letak kelebihannya. Penafsiran terhadap suatu peristiwa mereka lebih tajam hal ini berangkat dari perenungan-perenungan yang setiap saat dilakukan oleh para filsuf sejarah. Tolerir waktu yang diberikan filsuf sejarah dalam perenungan suatu peristiwa sejarah jauh berbeda dengan tolerir waktu perenungan peristiwa sejarah yang diberikan oleh ahli sejarah yang lebih fokus pada sumber-sumbernya.

    Namun, terlepas dari itu, titik kelemahan para filsuf sejarah yaitu lemahnya metode-metode ilmiah yang digunakan dalam proses penalaran peristiwa sejarah, hal ini berbeda dengan pekerjaan ahli sejarah yang mempunyai nilai lebih dalam tahap disiplin ilmu serta metode sejarah yang berlaku. sehingga hasil filsafat sejarah menjadi subjektif yang kemudian melahirkan filsafat sejarah yang spekulatif, bahkan pada suatu kondisi ekstrim , ada kalanya kita menemukan titik-titik kejanggalan dari hasil filsafat yang dihasilkan oleh para filsuf sejarah karena perbedaan terhadap realita yang dirasakan, mungkin itu berkaitan dengan hal-hal sensitif, misalnya ideologi kepercayaan dan kontradiksi fakta dalam komparasi bahkan penetrasi opini dalam aspek-aspek masyarakat yang dapat berimbas pada suatu kesenjangan sosial ataupun cultural shock bagi masyarakat. Tidak jarang juga kita melihat suatu kelompok atau individu yang berubah baik itu secara radikal maupun sporadis. Karena dalam mempelajari filsafat, kesalahan mereka untuk dapat sampai pada suatu simpangan antara logis dan rasionalitas terhadap hal-hal yang terjadi adalah masuk dan menyelami dunia penalaran dan perenungan yang dalam dengan menyingkirkan segala aspek batasan-batasan moral dan norma yang selama ini diemban mereka dalam fitrahnya sebagai manusia beradab.

    Bagi saya, makna mempelajari kajian-kajian filsafat sejarah tak lain adalah untuk memperoleh suatu pemikiran bagaimana kita dapat merenungi suatu event/peristiwa dalam hal yang mempunyai syarat kronologis guna mendapat suatu titik hipotesis dari event/peristiwa yang terkait, sebagaimana apa yang dilakukan para filsuf-filsuf sejarah. Hipotesis-hipotesis spekulatif inilah yang mampu melengkapi sejarah Hematnya, itu merupakan hasil perenungan dan sumbangan para filsuf terkait dengan sejarah. Bukan tidak ada gunanya, buah pikiran dari hasil perenungan para filsuf tersebut adalah jembatan bagi para ahli sejarah untuk menerka dan menerawang suatu peristiwa sejarah. Mungkin buah pemikiran filsuf sejarah tersebut kurang tepat, namun berangkat dari ketidakbenaran hasil perenungan itulah para ahli sejarah dengan sifat objektivitas mereka untuk mampu meluruskan kebenaran sejarah bahkan menggunakan konsep pemikiran para filsuf sejarah tersebut untuk metode sejarah mereka. Satu hal yang penting bahwa, kita tidak perlu ambil pusing mempersoalkan bahkan meributkan suatu konsep filsafat secara berlebihan karena justru akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri bilamana kita salah menyikapi hakikat makna dari filsafat termasuk filsafat sejarah. Yang patut dicontoh dan diteladani yaitu cara mereka merenungi dan menggali suatu peristiwa sejarah untuk sampai kepada suatu kesimpulan dan yang dapat memicu lahirnya suatu kebenaran sejarah ke permukaan. Bukan dengan pemikiran statis dan fundamen bahwa hasil konsep pemikiran filsafat sejarah adalah benar yang kemudian lantas ditiru bahkan diimplementasikan dalam masyarakat. Hal ini keliru, oleh sebab itu kita sebagai manusia modern harus dapat kritis memilah mana konsep filsafat yang benar.

    Dengan mencoba merenungi kajian ini, maka sekian hasil pemikiran saya. Bila ada hal-hal yang kurang baik, kita dapat mendiskusikannya bersama-sama. Terima kasih.

  14. Maaf pak saya cuma setuju pada pendapat al-Khudhari (1987: 54) yang menyebutkan bahwa para pemikir berbeda pendapat mengenai faktor utama yang mengendalikan perjalanan sejarah yaitu faktor ekonomi. Memang benar nyatanya ketika VOC datang ke ke Nusantara faktor utamanya apa ekonomi kan, kemudian ketika Indonesia menyepakati kemerdekaan itu karena faktor ekonomi juga rakyat Indonesia sepakat bahwa kesejahteraan mereka kurang itu masalah ekonomi kan pa. Jadi saya pikir motor penggerak sejarah hanya satu yaitu faktor ekonomi.
    Saya sependapat dengan kaum materialis.
    Farhan S. Nuzullianna

  15. Maaf pak saya cuma setuju pada pendapat al-Khudhari (1987: 54) yang menyebutkan bahwa para pemikir berbeda pendapat mengenai faktor utama yang mengendalikan perjalanan sejarah yaitu faktor ekonomi. Memang benar nyatanya ketika VOC datang ke ke Nusantara faktor utamanya apa ekonomi kan, kemudian ketika Indonesia menyepakati kemerdekaan itu karena faktor ekonomi juga rakyat Indonesia sepakat bahwa kesejahteraan mereka kurang itu masalah ekonomi kan pa. Jadi saya pikir motor penggerak sejarah hanya satu yaitu faktor ekonomi.
    Saya sependapat dengan kaum materialis.
    Farhan S. Nuzullianna

  16. faqih rohman syafei says:

    Assalammualiakum Wr. Wb.
    Faqih Rohman Syafei (180310090016)
    Saya berpendapat mengenai 3 faktor yang menggerakan sejarah.
    1. Allah-lah faktor satu-satunya yang mengendalikan perjalanan sejarah.
    Mengenai pendapat saya tentang Allah yang menjadi faktor utama penggerak sejarah, saya tidak terlalu setuju mengenai pendapat ini, karena kita memang tidak dapat lepas dari kehendak dan kekuasaan Allah, namun bila segala sesuatu atau peristiwa disangkut pautkan atas kehendak Allah maka kita merupakan makhluk yang senantiasa berpikir bodoh dan berdosa. Karena dengan begitu kita menyia-nyiakan anugerah yang telah diberikan Allah yaitu akal dan pikiran, Allah menganugerahkan akal dan pikiran kepada manusia agar senantiasa berpikir dan mengkaji segala sesuatunya agar tidak bertindak bodoh. Dan bila semuanya disangkut pautkan dengan Allah, maka dengan begitu akan selesai semuanya. Contoh : seorang bapak yang terjatuh dikamar mandi kemudian meninggal dunia, kemudian peristiwa ini diatas namakan kehendak Allah maka semuanya sudah selesai. Saya pun berpikir Allah begitu tidak menyayangi hambanya dengan mengambil nyawa seorang hamba dengan cara yang sangat tidak bagus, namun bila kita kaji kenapa orang itu bisa terjatuh dikamar mandi kemungkinan karena terkena serangan jantung, dan bila ditarik lagi kebelakang kenapa bisa mempunyai penyakit jantung mungkin karena gaya hidupnya yang tidak sehat. Dengan demikian kita pun mengetahui hasil akhirnya yaitu seorang bapak itu meninggal dunia karena terkena serangan jantung dan itu merupakan kesalahan atas gaya hidupnya yang tidak sehat, yang berakibat pada kematian. Saya meyakini Allah mencabut nyawa hambanya pasti dengan cara yang baik. Makna dari contoh diatas ini adalah sejarah itu merupakan peristiwa yang diciptakan oleh manusia dengan segala kebaikan dan keburukannya, bila Allah yang mengendalikan sejarah maka peristiwa sejarah itu sesuatunya berjalan dengan baik tanpa ada keburukan.
    2. Tokoh-tokoh yang pahlawanlah yang membuat dan menggerakan sejarah
    Tentang masalah ini saya berpendapat bahwa bila tokoh-tokoh pahlawan atau orang-orang besar yang membuat dan menggerakan sejarah kemungkinan sejarah-sejarah yang ada di dunia ini mungkin akan menjadi seragam dan juga tidak akan menarik perhatian para pakar untuk mengkajinya, dan juga memungkinkan tidak adanya jurusan ilmu sejarah di perguruan tinggi. Saya berpikir bila orang-orang kecil atau rakyat biasa yang menggerakan sejarah mungkin itu akan menjadi sebuah tindakan yang sia-sia, karena bila rakyat yang bergerak tanpa ada seorang tokoh besar dibelakangnya maka dengan mudah aksi rakyat itu dapat di patahkan. Disini dapat dilihat bahwa peranan tokoh besar dan orang kecil dalam suatu peristiwa sejarah itu saling membutuhkan satu sama lainnya dan juga saling menguntungkan atau dalam istilah dunia sains disebut “Simbiosis Mutualisme”. Garis besar pendapat saya adalah bukan hanya tokoh besar saja yang menggerakan sejarah namun orang kecil pun dapat menggerakan sejarah, jadi manusia tanpa melihat status adalah motor penggerak sejarah.
    3. Faktor Ekonomi
    Disebutkan bahwa segala sesuatunya dalam kehidupan manusia dilatar belakangi oleh faktor ekonomi, anggapan ini tidak terlalu benar juga. Tapi ada beberapa tindakan manusia tidak dilatarbelakangi oleh ekonomi, seperti manusia yang beribadah kepada tuhannya, ini merupakan tindakan manusia yang dilatarbelakangi oleh kepercayaannya dan juga oleh hatinya. Tapi dalam kajian sejarah banyak sekali peristiwa sejarah yang dialatarbelakangi oleh ekonomi seperti : ekspedisi pencarian dunia baru (pencarian sumber rempah-rempah) oleh orang eropa ke daerah timur yang dilatabelakangi oleh kegiatan ekonomi yang asalnya di konstantinopel tempat membeli rempah-rempah kemudian ditutup oleh kerajaan ottoman, yang membuat para pedagang eropa menjadi rugi besar. Para pedagang eropa ini berinisiatif untuk mencari sumber penghasil rempah-rempah dengan harga yang murah dan menjualnya kembali dengan harga yang mahal. Bila dilihat kembali bahwa ekspedisi orang eropa ke timur merupakan awal sejarah baru dalam perjalanan sejarah yang pernah terjadi di eropa, yang dilatar belakangi oleh faktor ekonomi.
    Demikian pendapat saya mengenai 3 faktor pendorong sejarah, semoga dapat menjadi bahan pertimbangan teman-teman dalam mengkaji 3 faktor pendorong sejarah.
    Terima kasih

  17. faqih rohman syafei says:

    Assalammualiakum Wr. Wb.
    Faqih Rohman Syafei (180310090016)
    Saya menkritisi berpendapat mengenai 3 faktor yang menggerakan sejarah.
    1. Allah-lah faktor satu-satunya yang mengendalikan perjalanan sejarah.
    Mengenai pendapat saya tentang Allah yang menjadi faktor utama penggerak sejarah, saya tidak terlalu setuju mengenai pendapat ini, karena kita memang tidak dapat lepas dari kehendak dan kekuasaan Allah, namun bila segala sesuatu atau peristiwa disangkut pautkan atas kehendak Allah maka kita merupakan makhluk yang senantiasa berpikir bodoh dan berdosa. Karena dengan begitu kita menyia-nyiakan anugerah yang telah diberikan Allah yaitu akal dan pikiran, Allah menganugerahkan akal dan pikiran kepada manusia agar senantiasa berpikir dan mengkaji segala sesuatunya agar tidak bertindak bodoh. Dan bila semuanya disangkut pautkan dengan Allah, maka dengan begitu akan selesai semuanya. Contoh : seorang bapak yang terjatuh dikamar mandi kemudian meninggal dunia, kemudian peristiwa ini diatas namakan kehendak Allah maka semuanya sudah selesai. Saya pun berpikir Allah begitu tidak menyayangi hambanya dengan mengambil nyawa seorang hamba dengan cara yang sangat tidak bagus, namun bila kita kaji kenapa orang itu bisa terjatuh dikamar mandi kemungkinan karena terkena serangan jantung, dan bila ditarik lagi kebelakang kenapa bisa mempunyai penyakit jantung mungkin karena gaya hidupnya yang tidak sehat. Dengan demikian kita pun mengetahui hasil akhirnya yaitu seorang bapak itu meninggal dunia karena terkena serangan jantung dan itu merupakan kesalahan atas gaya hidupnya yang tidak sehat, yang berakibat pada kematian. Saya meyakini Allah mencabut nyawa hambanya pasti dengan cara yang baik. Makna dari contoh diatas ini adalah sejarah itu merupakan peristiwa yang diciptakan oleh manusia dengan segala kebaikan dan keburukannya, bila Allah yang mengendalikan sejarah maka peristiwa sejarah itu sesuatunya berjalan dengan baik tanpa ada keburukan.
    2. Tokoh-tokoh yang pahlawanlah yang membuat dan menggerakan sejarah
    Tentang masalah ini saya berpendapat bahwa bila tokoh-tokoh pahlawan atau orang-orang besar yang membuat dan menggerakan sejarah kemungkinan sejarah-sejarah yang ada di dunia ini mungkin akan menjadi seragam dan juga tidak akan menarik perhatian para pakar untuk mengkajinya, dan juga memungkinkan tidak adanya jurusan ilmu sejarah di perguruan tinggi. Saya berpikir bila orang-orang kecil atau rakyat biasa yang menggerakan sejarah mungkin itu akan menjadi sebuah tindakan yang sia-sia, karena bila rakyat yang bergerak tanpa ada seorang tokoh besar dibelakangnya maka dengan mudah aksi rakyat itu dapat di patahkan. Disini dapat dilihat bahwa peranan tokoh besar dan orang kecil dalam suatu peristiwa sejarah itu saling membutuhkan satu sama lainnya dan juga saling menguntungkan atau dalam istilah dunia sains disebut “Simbiosis Mutualisme”. Garis besar pendapat saya adalah bukan hanya tokoh besar saja yang menggerakan sejarah namun orang kecil pun dapat menggerakan sejarah, jadi manusia tanpa melihat status adalah motor penggerak sejarah.
    3. Faktor Ekonomi
    Disebutkan bahwa segala sesuatunya dalam kehidupan manusia dilatar belakangi oleh faktor ekonomi, anggapan ini tidak terlalu benar juga. Tapi ada beberapa tindakan manusia tidak dilatarbelakangi oleh ekonomi, seperti manusia yang beribadah kepada tuhannya, ini merupakan tindakan manusia yang dilatarbelakangi oleh kepercayaannya dan juga oleh hatinya. Tapi dalam kajian sejarah banyak sekali peristiwa sejarah yang dialatarbelakangi oleh ekonomi seperti : ekspedisi pencarian dunia baru (pencarian sumber rempah-rempah) oleh orang eropa ke daerah timur yang dilatabelakangi oleh kegiatan ekonomi yang asalnya di konstantinopel tempat membeli rempah-rempah kemudian ditutup oleh kerajaan ottoman, yang membuat para pedagang eropa menjadi rugi besar. Para pedagang eropa ini berinisiatif untuk mencari sumber penghasil rempah-rempah dengan harga yang murah dan menjualnya kembali dengan harga yang mahal. Bila dilihat kembali bahwa ekspedisi orang eropa ke timur merupakan awal sejarah baru dalam perjalanan sejarah yang pernah terjadi di eropa, yang dilatar belakangi oleh faktor ekonomi.
    Demikian pendapat saya mengenai 3 faktor pendorong sejarah, semoga dapat menjadi bahan pertimbangan teman-teman dalam mengkaji 3 faktor pendorong sejarah.
    Terima kasih

  18. AHDILLAH MUKHLIS - 180310080023 says:

    Sampurasun…
    saya minta izin menanggapi beberapa pernyataan Pak Mumuh dan komentar kawan – kawan.

    Saya ingin menanggapi pernyataan Bung Farhan,
    kalau memang motor penggerak seejarah Nusantara adalah perubahan ekonomi yang dibawa oleh VOC, lalu bagaimana dengan sejarah pada periode sbelum datangnya pengaruh ekonomi dari VOC. Memang tidak bisa disebut salah juga, karena bila melihat kenyataan seperti demikian, maka akan berkaitan dengan pernyataan “faktor utama pengendali sejarah adalah kekuasaan yang sedang berlaku”. karena kekuatan Belanda saat itu melebihi cakupan ekonomi, lebih jelasnya ketika VOC digantikan dengan kekuasaan Hindia Belanda. Banyak aspek dari sistem Kenegaraan dipegang oleh Hindia Belanda. Namun tidak sepenuhnya, karena saat itu masih ada pemerintahan (kerajaan) yang mengalir dalam sistemnya sendiri.

    Dari situ bisa dilihat bahwa pada saat yang sama dan pada tempat yang sama, peristiwa yang tertulis dalam sejarah bisa berbeda (bila berdasar pendapat “faktor utama pengendali sejarah adalah kekuasaan yang sedang berlaku”)

    contohnya yaitu seperti cerita Robin Hood, yang dalam pandangan Masyarakat fakir miskin merupakan sosok pahlawan Rakyat, dan Raja adalah seorang penjahat. Namun di pihak pemerintah Kerajaan Inggris, Robin Hood adalah sosok penjahat perusak ketertiban, dan Raja adalah pahlawan yang menjalankan kewajibannya membasmi maling dan bandit.
    (memang banyak diceritakan bahwa Robinhood adalah tokoh protagonisnya)

    Raja dan pemerintah hanya melaksanakan kewajiban menertibkan keadaan, yang pada saat itu memang Robin Hood selalu mencuri/merampok dari properti milik pemerintah.
    Robim Hood pun hanya melakukan apa yang dianggapnya benar, dengan jalan perbanditan untuk menagih hak hak kehidupan rakyat yang kurang dirurus pemerintah.

    masing masing pihak melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan berusaha menghapus apa yang dianggapnya salah. harus bagaimana lagi? takdir manusia adalah terlahir sebagai makhluk berakal yang akan mencoba ber-intepretasi mencari kebenaran sehingga muncul berbagai pihak dengan berbagai filosofinya.

    bagi manusia, tidak ada larangan absolut untuk melarang atau mendukung berbagai teori dan filosofi tentang filsafat sejarah spekulatif. Namun bagi yang percaya pada kebenaran objektif yang mutlak, khususnya dalam ilmu kesejarahan, biasanya akan bertemu dengan jalan yang tidak mungkin nyaman dilalui.

    Hatur Nuhun,
    wassalam…

    AHDILLAH MUKHLIS – 180310080023

    http://moeclash.deviantart.com/gallery/#/d4dy2ys

  19. Fathia says:

    Assalamu’alaikum,
    Insyaallah, saya punya pandangan tersendiri tentang Filsafat Sejarah,
    Filsafat sebagai sebuah ilmu pengetahun tentu saja adalah sebuah bahasan yang sistematik, dan dapat diterima oleh semua kalangan. Salah satu ciri dari sebuah pengetahuan yang dapat dikatakan sebagai sebuah cabang ilmu baru adalah empiris. Bagaimana filsafat membuat empiris ilmunya itu yang dipecahkan, dan dikatakan sebuah ilmu pengetahuan, dan dibahas oleh seluruh orang di muka bumi.

    Sudah jelas, bahwa filsafat merupakan salah satu cabang ilmu di dunia ini. Ketika disandingkan dengan sejarah sebagai sebuah cabang ilmu pula, seharusnya menjadi satu kesatuan ilmu, yang juga memiliki sistematik cabang ilmu.

    Sistematika dalam filsafat sejarah ini lah yang belum saya lihat dalam semua bacaan tentang filsafat sejarah. Jadi, sistematika atau metode seperti apa yang dilakukan oleh fuilsuf sejarah dalam melakukan analisis kritik sebuah sejarah?

    Mengingat, kritik sejarah dan refleksi terhadap sejarah perlu dilalukan, menurut saya. Melihat apapun yang dilakukan belum tentu benar. Apakah ilmu-ilmu dapat disandingkan juga dengan filsafat? ada ga, filsafat antropologi atau filsafat hukum atau bahkan filsafat kedokteran? kalau ada, filsafat memang ibunya ilmu.

    Fathia mau coba menjawab pertanyaan Agung Hidayat, mengenai Spekulatif. Seharusnya dengan adanya filsafat, sejarah spekulatif terjawab kebenaran atau ketidakbenaran. Maka filsafat akan menjawab (menurut saya) “tidak ada sejarah yang bohong”. Sejarah pada masanya harus dibuat sedemikian rupa, data yang ada, yang akan menjadi benang-benang sejarahnya memang hanya seperti itu, dan aan dikemukakan oleh sejarawan seperti utasan kain yang dirajut. Mengenai warna yang harusnya hijau berubah jadi kuning, akan tergantung sekali. Namun tak bisa disalahkan, karena memang pada masa itu harusnya hijau. Mungkin masa sej=karang harusnya kunng itu beda lagi. Inilah yang disebut Spekulatif.

    Contohnya, kasus Soeharto. Pada masa orde baru, sejarah yang harusnya di ungkap adalah sejarah bahwa Soeharto itu baik, dan lain. Beda dengan sejarah yang dibentuk masa ini, setelah Soeharto turun, ternyata soeharto jelek, suka korupsi. Apakah sejarah yang lalau bohong atau salah? Filsuf sejarah akan mengatakan tidak salah,tidak ada yang salah, itu zamannya, masuklah pada zamannya itu, dan kita akan menemui kebenaran yang sebenarnya.

    Terimakasih pa,
    Fathia Lestari [180310090042]
    Wassalamu’alaikum

  20. Ahmad Randi (180310090036) says:

    Assalammualaikum..
    saya berpendapat bahwa faktor utama mengendalikan perjalanan sejarah berawal dari Allah SWT. karena setiap makhluk sudah ada takdirnya. tinggal kita bagaimana menyikapinya. yang pertama adalah Takdir mua’llaq: yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. yang kedua adalah Takdir mubram; yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. saya setuju dengan kedua taqdir tersebut mengikuti perjalanan sejarah. Soekarno dan Hatta mungkin sudah ditakdirkan sebagai proklamator Republik Indonesia(takdir mubram). dari takdir itu Soekarno,Hatta,dll menjadi tokoh dalam perjalanan sejarah untuk mencapai kemerdekaan. faktor penyebab perjalanan sejarah adalah ekonomi. yang dimana kekayaan Nusantara di keruk habis-habisan untuk kepentingan penjajah dan untuk kepentingan Nusantara tdk menjadi prioritas. untuk itu Soekarno,Hatta dll melakukan perlawanan melalui jalur diplomasi,dan gencatan senjata untuk mencapai kemerdekaan(takdir mua’llaq). dengan ikhtiar dan doa akhirnya Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 agustus 1945.

  21. Wandra says:

    Assalamulaikum,

    selamat malam pak, dalam hal ini saya sangat mendukung pendapat filosof idealis yang menolak determinisme sejarah dan menyatakan bahwa manusialah yang menggerakkan sejarah. dalam ini saya juga sependapat dengan Murtadha Muthari terkait dengan motor penggerak sejarah.

    dimana pendapat para filosof idealis tentan motor pengerak sejarah sesuai dengan apa yang disampaikan di Dalam al-Qur’an surat ar-Ra’du surat ke-13 ayat ke 11; yang artinya,

    “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah kondisi (objektif) suatu bangsa, hingga bangsa tersebut mau mengubah kondisi (subjektif) yang ada pada mereka sendiri ”

    ayat ini menggambarkan bahwa manusia memainkan peran penting dalam gerak sejarah. Selain itu, dalam ayat tersebut juga tergambar hubungan kausalitas dalam hukum sejarah, yakni antara perubahan yang ada di dalam diri manusia dengan perubahan yang ada di luar manusia.

    Konsepsi Islam dan al-Qur’an meyakini bahwa dua proses perubahan ini harus berjalan beriringan. Proses pembangunan manusia terhadap pribadi, semangat, dan pikirannya harus seiring dengan pembangunan fisik dan sosial budayanya. Jika pembangunan mental berjalan jauh di depan pembangunan fisik, maka yang akan terjadi adalah menara gading yang tidak berpondasi. Demikian pula sebaliknya, jika pembangunan fisik meninggalkan pembangunan mental, maka yang terjadi adalah istana megah yang kropos.

    Penjelasan Muthahhari tentang peran manusia dalam menggerakkan sejarah tidak hanya bersifat umum, tetapi beliau menjelaskan secara lebih rinci terutama tentang kecenderungan yang dimiliki manusia. Penjelasan ini dimaksudkan untuk melawan pendapat kaum Marxis yang mengatakan bahwa kecenderungan pokok dalam diri manusia hanya satu jalan, yakni ekonomi Muthahhari menyatakan bahwa Islam mengakui manusia pada hakikatnya lebih komitmen kepada keimanan dan ideologi daripada kepada kepentingan material yang cenderung buruk seperti kelemahan (Q.S. [4]: 20), sentimentalisme (Q.S. [11]: 9-11), sifat membangkang (Q.S. [18]: 54), dan tergesa-gesa (Q.S. [21]: 37).

    Meskipun manusia memiliki seluruh kecenderungan ke arah nafsu, hal-hal inderawi, korupsi dan kejahatan, wujudnya (manusia) dianugerahi suatu percikan suci yang secara esensial menentang kejahatan, pertumpahan darah, kepalsuan, korupsi, kehinaan, degradasi, dan penghinaan serta penekanan dan kezaliman. Manusia memiliki kecenderungan kepada kesempurnaan.
    Ada kecenderungan lain pada diri manusia selain dari kecenderungan pada perbuatan baik, yaitu kecenderungan untuk tetap hidup, menghilangkan rasa lapar, kecenderungan pada makanan dan kelezatan, kecenderungan seksual, kecenderungan pada seni dan keindahan, serta kecenderungan pada ilmu pengetahuan.

    Kecenderungan yang beragam tersebut, menurut Muthahhari, semuanya dapat dijadikan sebagai motor penggerak. Alasannya, dalam realitas kehidupan manusia, segala macam bentuk pertentangan, perselisihan, dan tidak adanya keserasian bersumber dari satu kenyataan bahwa dalam diri manusia tidak hanya satu motor penggerak. Jika memang benar dalam masyarakat hanya ada satu motor penggerak, maka mustahil akan timbul segala macam bentuk pertentangan dan perselisihan dalam masyarakat. Penyebab paling mendasar bagi timbulnya pertentangan dan perselisihan karena berbagai naluri dalam diri manusia selalu berperang satu sama lain.
    Penjelasan Muthahhari tentang manusia sebagai penggerak sejarah tidak hanya dilihat dari setting individual yang terpisah, melainkan juga dari sisi masyarakat. Muthahhari membedakan secara jelas tindakan individu dengan tindakan kolektif. Tindakan individu mengandung dua dimensi (sebab aktif dan sebab material), sedangkan tindakan kolektif mengandung tiga dimensi (sebab aktif, material, dan sebab akhir).

    Wandra (180310090026)

  22. Budi Gustaman says:

    Assalamualakum wr.wb
    Saya memiliki sedikit pandangan dan pertanyaan terhadap pola gerak sejarah maju. Seperti yg telah dijelaskan, Vico mengemukakan 3 fase yang dilalui oleh peradaban, yakni fase Teologis, Metafisis, dan Positif. Fase teologis menekankan pemikiran pada hal-hal yang bersifat mistis, fase metafisis mulai menggunakan ide sebagai alat untuk menjawab permasalahan yang ada, sedangkan fase positif merupakan fase ilmu pengetahuan dan pemberlakuan hukum kausalitas di dalamnya. Ketiga fase ini saya rasa memiliki kemiripan dengan pandangan kebudayaan yang dikemukakan van Peursen. Van Peursen mengemukakan bahwa manusia melewati tiga tahap atau fase dalam hidupnya, yakni tahap mitis, ontologis, dan fungsional. Tahap mitis masih mengandalkan hal-hal yang bersifat gaib, tahap ontologis mulai menggunakan ide, dan tahap fungsional mulai memfungsikan akal pikirannya. Dengan kata lain mulai menerapkan hukum dalam gejala-gejala yang terjadi. Pada intinya, saya menyimpulkan bahwa tahap- tahap tersebut memiliki makna yang hampir sama dengan tahap atau fase yang dikemukakan Vico dan Comte. Jika melihat sejarah, kronologi sejarah Eropa memperlihatkan hal yang demikian. Fase Yunani-Romawi serta abad pertengahan dipenuhi hal-hal yang bersifat transenden. Hal ini kemudian diteruskan dengan masa renaisance yang mulai menggunakan akal pikirannya, hingga akhirnya muncul perkembangan pesat dalam ilmu pengetahuan mulai masa Aufklarung sampai dengan sekarang. Permasalahannya, 3 tahap ini apakah merupakan suatu fase yang bersifat lurus?Artinya fase ini berjalan kontinuitas, diawali dengan tahap teologis dan diakhiri dengan tahap positif. Dengan kata lain manusia memang hanya sampai pada tahap positif atau fungsional dalam mencapai kesempurnaan hidupnya?Ataukah ketiga fase ini merupakan sebuah siklus?Jika melihat realita yang terjadi, manusia sekarang memang telah sampai pada tahap fungsional dalam pemikiran. Indikasinya ialah perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat. Namun, ada kecenderungan lain yang mendukung fase-fase tersebut merupakan sebuah siklus. Manusia sekarang yang telah maju dengan ilmu pengetahuan dan teknologi terkadang masih saja percaya akan hal-hal yang bersifat gaib. Mestikah ada penambahan fase lagi dimana ilmu pengetahuan dan hal-hal mitis berdampingan?Lalu pantaskah tahap itu disebut gerak kemajuan, sedangkan hal-hal yang bersifat mitis kembali muncul? Menurut analisis saya, ketiga tahap pemikiran itu merupakan tahap yang mutlak. Kalaupun ada indikasi yang mengarah pada perputaran fase, hal itu merupakan sebuah warisan. Pada intinya, manusia tidak seluruhnya mengalami fase-fase ini. Contohnya, masih banyak masyarakat di desa-desa yang masih mempercayai hal-hal yang bersifat mitis di tengah pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada intinya perkembangan tahapan pemikiran manusia ini tidak bisa digeneralisasikan secara umum dalam perkembangan zaman karena pada kenyataannya perkembangan ini tidak memperlihatkan kesinkronisasian dengan perkembangan pemikiran secara individu atau kelompok. Bisa dibilang, secara zaman, fase manusia sekarang secara umum telah sampai pada tahap kesempurnaan, tetapi secara individual, fase-fase ini bercampur baur dalam alam pikiran manusia sehingga memungkinkan banyaknya dualisme pemikiran dalam diri individu. Di satu sisi merupakan makhluk teknologi, tetapi di sisi lain masih mempercayai hal-hal yang bersifat transenden.
    Sekian penjelasan dari saya. Mudah-mudahan penjelasan saya bermanfaat. Silahkan kalau ada yang mau menyanggah. Semoga bisa menjadi ilmu yg bermanfaat buat kita semua.Amin.
    Mari kita berfilsafat.
    Budi Gustaman S.
    (i80310090021)

  23. ardi suratman says:

    Filsafat menurut saya merupakan suatu kajian yang berdasarkan atas kebenaran yang hakiki dan bersumber dari sifat-sifat ke-Tuhanan. Dari definisi filsafat yang telah saya kemukakan, menurut saya filsafat sejarah spekulatif merupakan suatu tindakan yang berdasarkan atas suatu perkiraan dan bukan berdasarkan fakta-fakta yang mutlak diperlukan untuk terciptanya suatu tujuan sejarah. Maka penggunaan teori spekulatif sangat bertentangan dengan pemahaman saya mengenai konsep dari filsafat sejarah itu sendiri. Karena sejarah merupakan suatu peristiwa yang harus berdasarkan atas fakta yang terjadi. Apabila pemahaman terhadap filsafat sejarah dilandasi dengan suatu perkiraan maka akan sangat beresiko kepada hasil suatu penelitian sejarah yang akan diperoleh. sehingga dalam penerapannya tindakan spekulatif tersebut belum tentu menghasilkan suatu peristiwa yang sebenarnya terjadi dalam suatu penelitian. Sebagai contoh, seorang peneliti sejarah meneliti mengenai peristiwa proklamasi kemerdekaan RI pada 17 agustus 1945, dalam penelitiannya tersebut seorang peneliti harus menemukan suatu bukti otentik yang sangat tepat dengan peristiwa yang di telitinya tersebut, seperti dokumen teks asli dari peristiwa proklamasi tersebut, maupun pelaku sejarah yang hadir dalam peristiwa proklamasi tersebut, apakah pelaku sejarah tersebut menyampaikan peristiwa itu dengan perkiraan semata, tentu saja tidak, karena pelaku sejarah merupakan orang yang melihat, mendengar dan mengalami peristiwa yang menjadi bukti sejarah saat ini. Contoh lainnya yang berkaitan dengan pemahaman filsafat saya, yakni mengenai sejarah peradaban islam. Dimana selama 14000 tahun kebenaran atas sejarah mengenai peradaban islam yang tercatat di dalam Al-Qur’an tetap terjaga kebenarannya. Dan yang menjadi pertanyaan saya yaitu, apakah mungkin pembentukan suatu tujuan sejarah islam berdasarkan atas filsafat sejarah spekulatif ?? mohon penjelasannya Pak.
    Ardi Suratman (180310090043).

  24. nurfebri rifanti says:

    Assalammualaikum pak,
    -sebelumnya saya mau mencoba menjawab pertanyaan dari Karolina Sianipar, mengenai apakah agama sifatnya mengarah maju kearah masa depan yang cemerlang atau sifatnya mengarah kepada kemunduran? Menurut pendapat saya, agama memang tidak mudah untuk didefinisikan, karena agama mengambil berbagai bentuk hal sesuai dengan pengalaman pribadi masing-masing. Meskipun tidak terdapat definisi yang universal, namun dapat disimpulkan bahwa agama itu lebih menunjukkan rasa “suci”, dan termasuk dalam kategori “hal yang suci”. Kemajuan spiritual manusia dapat diukur dengan tingginya nilai yang tidak terbatas yang diberikan kepada obyek yang disembah. Hubungan manusia dengan “yang suci” menimbulkan kewajiban, baik untuk melaksanakan maupun meninggalkan sesuatu. Dalam mempelajari sejarah banyak dari kita yang mungkin sering bertanya-tanya dan menyangkutpautkan bagaimana agama dikaji didalam perspektif sejarah. Membahas mengenai peran agama didalam filsafat sejarah sangatlah sulit untuk menentukan apakah agama mengarah maju kearah masa depan yang cemerlang ataukah bergerak mendekati sebuah kemunduran. Agama itu merupakan sesuatu yang sangat mentifact. Jadi susah untuk dikaji kedalam berbagai kajian ilmu, karena itu akan mempengaruhi kesucian agama tersebut. Agama mempunyai tonggak sendiri didalam jiwa manusia yang meyakini akan keEsa-an Tuhan. Agama bisa dijadikan sebagai pedoman hidup bagi yang meyakininya. Jadi dengan memiliki sebuah agama seseorang yakin akan sesuatu yang dianggap “besar”, dan tidak ada yang melebihi kebesarannya. Sehingga agama membuat kehidupan seseorang lebih terarah. Namun tidak berarti agama membatasi kreatifitas dan berfikir manusia. Tapi dalam hal ini saya berpendapat bahwa Agama bisa mempengaruhi pola gerak sejarah yang cemerlang apabila dijadikan sumber bantu ataupun sebuah dorongan yang menghasilkan nilai-nilai (kebaikan) bagi kehidupan manusia. Misalnya nilai-nilai dasar moral yang diajarkan oleh agama,seperti berbuat baik dan jujur. Oleh kemajuan teknologi yang semakin hari semakin mengesampingkan agama, sering terjadi perubahan-perunaha perilaku manusia yang lebih negatif. Seperti masalah baru dalam kehidupan manusia terutama dalam hal kerusakan lingkungan, mental dan budaya bangsa. Berdasarkan hal tersebut A. Conte juga melihat kemajuan tersebut berdasarkan dalam 3 hal yaitu: 1 intelektual baik, 2 material bagus, 3 moral yang baik. Jadi apabila ketiga hal tersebut sudah terdapat pada sebuah peradaban maka pola gerak sejarahnyapun dapat kita katakan maju.

    -saya juga sependapat dengan Budi Gustaman. Jika melihat dari fase-fase yang dijelaskan oleh Viko tersebut, yakni fase teologis, metafisis dan positif. Fase kemajuan itu terjadi pada fase positif. Yang mau saya tanyakan, apakah yang menjadi indikasi dari kemajuan tersebut ialah pelepasan diri dari kekuatan mistis (ghaib) tersebut? Karena didalam fase teologis dan fase metafisis masih dipengaruhi oleh hal-hal yang dianggap irasional (ghaib). Jika benar, kenapa dizaman yang sudah maju akan pengetahuan IPTEK seperti sekarang, masih ada yang berfikiran mistis? Bagaimana Bapak ataupun teman-teman sekalian menyikapi hal ini? Maaf apabila didalam penjelasan saya terdapat kekurangan, terima kasih atas perhatiannya.

    Wassalamualaikum,
    (Nurfebri rifanti 180310090008)

  25. Muhammad Hatta says:

    Ass
    Ada yang mengatakan bahwa filsafat adalah induk atau ibu dari ilmu-ilmu pengetahuan. mengingat dari pernyataan fathia bahwa “Apakah ilmu-ilmu dapat disandingkan juga dengan filsafat? ada ga, filsafat antropologi atau filsafat hukum atau bahkan filsafat kedokteran? kalau ada, filsafat memang ibunya ilmu”. dalam sejarah kita tentunya mengenal “jiwa zaman” sebelum adanya ilmu pengetahuan seperti kedokteran, biologi, fisika dan ilmu lainnya manusia belum mengenal apa-apa kecuali adalah sebuah perenungan, berfikir, kritis. pencarian sebab-akibat dsb. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnyal. dari hasil perenungan dan berfikir kritis akhirnya manusia dapat menemukan ilmu pengetahuan melalui berfilsafat itu, dari sinilah lahir ilmu-ilmu seperti biologi, fisika, astronomi, geografi, dan pada fase selanjutnya bermunculan sosiologi, ilmu politik, ilmu sejarah dsb. hal itu adalah hasil perenungan-perenungan dan pemikiran orang terdahulu bayangkan bila pada zaman dahulu seseorang tidak memandang hakikat kehidupan, mencari asal-muasal hukumnya, berfikir kritis melalui berfilsafat apakah ada yang namanya ilmu ? dan apakah ada nantinya perkembangan ilmu pengetahuan? itu lah yang mungkin mengapa filsafat menjadi induk ilmu pengetahuan karena filsafatlah pelopor agar manusia berfikir dan melahirkan pemikiran baru. begitu juga dengan filsafat sejarah melalui filsafat sejarah kita mampu memberi perenungan-perenungan terhadap penulisan sejarah dengan tujuan menemukan titik temu yang lebih baik Manfaat utama mempelajari filsafat sejarah adalah akan mempertajam kepekaan kritis seorang peneliti sejarah. Artinya, bahwa bagi seorang peneliti atau pengkaji sejarah (sejarawan) yang dibekali dengan pengetahuan filsafat sejarah akan menjadikan dirinya sebagai seorang “kritikus” yang handal. bagi seorang peneliti sejarah dengan memahami filsafat sejarah hal ini mampu menjadi pelajaran bagi dirinya sendiri di satu sisi ia menulis sejarah dan disatu sisi ia mengkritik yang ia tulis pula.

    kembali ke filsafat sejarah spekulatif ada jurang pemisah antara filsuf sejarah dengan ahli sejarah namun mengapa tidak ada sinkronisasi antara filsuf sejarah dengan ahli sejarah apa yang menyebabkan mereka ini terpisah diri pak? padahal tujuan dari pemikiran mereka ini kan sama untuk menemukan titik yang lebih cerah dalam penulisan sejarah, apakah bisa filsafat sejarah ini bisa menjadi bagian dari disiplin ilmu sejarah? apa yang menjadi penghalang pak?
    maaf pak bila terjadi pemikiran yang keliru, mohon diluruskan bila terjadi kesalahan

    Muhammad Hatta
    (180310090005)

  26. bimo wiwoho says:

    Assalamualaikum Wr. Wb. maaf pak sebelumnya, saya ingin menanyakan hal-hal yang dikemukakan oleh Al-Khudari mengenai faktor-faktor yang mengatur perjalanan sejarah yang telah bapak uraikan di atas. menurut saya pak, manusia lebih memiliki peran dalam sejarahnya dan tidak terpaku pada Allah Sang Pencipta. manusia memilih sesuatu atau melakukan sesuatu yang mereka pikir harus dilakukan. Allah sangatlah peemurah bagi makhluknya yang ingin melakukan sesuatu dan nantinya akan menjadi sejarah. selain itu juga, agama adalah salah satu aspek yang harus dihindarkan dari sangkut paut ilmu pengetahuan dikarenakan aspek rasionalitas. maka faktor manusia sangatlah penting dan mungkin sebagai starting line dalam perjalanan sejarah. mengenai faktor ekonomi, menurut saya sah-sah saja apabila ekonomi menjadi faktor dalam perjalanan sejarah. selama ini hanya faktor itulah yang menjadi persaingan dan berimplikasi pada perpecahan negara-negara di dunia. sebagai contoh, gold, gospel, glory yang dicanangkan oleh negara-negara Eropa pada saat penjelajahan samudra. tidak lain, maksud dan tujuan negara-negara yang melakukan penjelajahan samudara adalah karena dilatar belakangi oleh faktor ekonomi. gospel dan glory hanyalah sebagai modus agar tidak terlihat secara kasat mata bahwa mereka itu materialistis demi kepentingannya.

    Bimo Wiwoho (180310090018)

  27. rifky kurniawan says:

    Assalamualaikum wr.wb…. Maaf Pak Mumuh, karena yang berkomentar dan bertanya mengenai konsep dan teori filasafat sejarah itu sendiri sudah banyak. Saya hanya akan bertanya singkat mengenai sejarah filsafat itu sendiri, apakah ada filosof dari luar Eropa yang mengguncang dunia dengan teori dan konsep filsafatnya? karena materi yang bapak sampaikan lebih banyak mengambil contoh dari filosof Barat seperti Hegel yang terkenal sebagai tokoh filosof Idealisme dan Karl Marx yang terkenal sebagai tokoh filosof Materialisme. Padahal ketika Eropa dilanda masa kegelapan dimana Gereja mengendalikan setiap gerak penganutnya, bangsa Eropa sendiri banyak mendapat pengetahuan dari wilayah Asia terutama dari wilayah Asia Barat yang dikuasai Islam yang sedang mengalami kemajuan pesat di bidang ilmu pengetahuan, baik ilmu alam maupun ilmu sosial.

    Mungkin itu saja dari saya, mohon dijawab dan terima kasih pak, Wassalamualaikum wr.wb.

    Rifky Kurniawan : 180310090014

  28. irwan maulana septian says:

    assalamualaikum wr wb.
    saya mencoba menanggapi tulisan bapa mengenai pendapat dari al-Khudhari (1987: 54) tentang kaum materialis dan filsof idealis. pendapat ini menjelaskan bahwa kaum materialis lebih mempercayai bahwa allah lah faktor satu-satu nya yang mengendalikan sejarah, sedangkan filsof idealis lebih mempercayai tokoh-tokoh kepahlawanan yang membuat dan menggerakan sejarah. tanggapan saya mengenai hal ini adalah dalam ilmu filsafat menjelaskan bahwa hakikat tuhan, alam, dan manusia merupakan satu objek filsafat yang disebut juga objek materia. ketiga hal ini sangat saling berkaitan dalam siklus kehidupan. dengan kata lain bahwa ketiga hal ini tidak dapat berjalan sendiri dalam gerak kehidupan baik di masa lalu maupun masa sekarang. bisa diibaratkan bahwa tidak akan ada perkembangan zaman tanpa ada manusia, sedangkan manusia tidak akan berkembang tanpa hakikat allah dan allah menciptakan alam semesta sebagai tempat manusia untuk menjalankan siklus kehidupan. bila dikaitkan dengan konteks filsafat sejarah spekulatif yang tidak dengan sendirinya menerima masa lalu sebagai satu-satunya gambaran kita tentang devinisi sejarah yang menjelaskan suatu prediksi peristiwa di masa lalu dengan mengaitkan faktor-faktor lain yang menopang peristiwa tersebut.
    yang menjadi pertanyaan saya adalah apakah kaum matrealis dan idealis hanya mempercayai konsep yang mereka percayai dan mengenyampikan konsep lain?
    terima kasih pa..

    irwan maulana septian
    180310090020

  29. rubby meihardi says:

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    sebelumnya saya ingin menyampaikan terlebih dahulu apa yang saya pahami tentang idealisme dan materialisme.Dalam hidup kita memang harus berlandaskan pada idealisme, yang notabene memang berasal dari ide atau akal, nah idealisme ini berfungsi sebagai penggagas dalam kehidupan manusia. Kalau misalkan timbul pertanyaan, seberapa banyak idealisme yang ada di dunia ini, niscaya adalah sebanyak manusia dewasa yang berakal sehat yang ada di dunia ini, tapi jangan pernah kita lupa juga, bahwa di dalam hidup ini, manusia juga membutuhkan hawa nafsu untuk tahu apa yang ingin mereka capai; cinta,cita-cita dan obsesi. Diibaratkan oleh hegel bahwa nafsu ini lah yang menjadi tangan bagi manusia untuk memcapai yang mereka ingini. Dan nafsu juga lah yang sebenarnya melandasi sebuah materialisme. Jadi jelas kan, menurut saya, materialisme maupun idealisme tetap saja dibutuhkan seorang manusia untuk hidup. Masalah nanti seseorang itu lebih condong pada idealisme atau materialisme, itu kembali lagi pada keyakinan, keadaan dan lingkungan hidup yang mereka hadapi. Praktisnya adalah kita semua memiliki idealisme masing-masing, dan di dorong juga oleh materialisme masing-masing. Jangan pernah lupa dengan dua unsur ini, dan jangan pula kita sombong dengan mengkalim diri kita sebagai orang yang mati matian mengagungkan idealisme, karena tanpa kita sadari kita sendiri sudah memiliki sifat materialis dengan nafsu atau keinginan seseorang dapat ikut meyakini apa yang kita yakini.

    kemudian menanggapi tentang motor penggerak sejarah. saya percaya segala sesuatu di dunia ini terjadi atas kehendak Alloh, bahkan satu kejahatan sekalipun. saya meyakini itu, dan hal ini menjadi mutlak bagi orang yang meyakininya. tetapi saya pikir, ketika kita mengembalikan semua peristiwa sejarah kepada Alloh sebagai penggerak utama, itu menjadi hal yang tidak adil. kenapa tidak adil ? karena menurut saya bukan hal ini yang harus kita cari dari sejarah. secara nyata sejarah yang ada di dunia adalah dibuat oleh manusia. maka dari itu saya lebih condong pada faktor kedua ; tokoh-tokoh dan pahlawan-pahlawanlah yang menggerakkan sejarah. hal ini menjadi jelas karena tokoh-tokoh dan pahlawan-pahlawanlah yang menciptakan suatu peristiwa menjadi peristiwa sejarah. kemudian untuk faktor ekonomi sendiri, menurut saya hal ini hanya bisa menjadi alasan untuk seseorang melakukan sesuatu. seperti yang kang farhan jelaskan di atas bahwa alasan VOC datang ke nusantara adalah karena faktor ekonomi. memang benar tapi pada akhirnya bukan ekonomi kan yang bergerak, manusia yang menjadi tokoh tokoh itulah yang bergerak. karena itulah saya meyakini bahwa yang satu-satunya yang menjadi motor penggerak sejarah adalah manusia. sedangkan ekonomi, sama seperti kekuasaan berasal dari hawa nafsu yang menjadi hal materialis, cukup menjadi alasan, landasan seseorang untuk berbuat seuatu. kemudian Alloh jelas menjadi yang menentukkan bahwa sesuatu akan terjadi atau tidak, tapi tetap yang berbuat secara nyata adalah manusia.

    nuhun..
    mudah-mudahan kita bisa terus bertukar pikiran kayak gini..
    sulit buat faham mengenai filsafat sejarah, karena kita punya idealisme yang berbeda-beda.,

    rubby meihardi
    180310090004

  30. rubby meihardi says:

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    sebelumnya saya ingin menyampaikan terlebih dahulu apa yang saya pahami tentang idealisme dan materialisme.Dalam hidup kita memang harus berlandaskan pada idealisme, yang notabene memang berasal dari ide atau akal, nah idealisme ini berfungsi sebagai penggagas dalam kehidupan manusia. Kalau misalkan timbul pertanyaan, seberapa banyak idealisme yang ada di dunia ini, niscaya adalah sebanyak manusia dewasa yang berakal sehat yang ada di dunia ini, tapi jangan pernah kita lupa juga, bahwa di dalam hidup ini, manusia juga membutuhkan hawa nafsu untuk tahu apa yang ingin mereka capai; cinta,cita-cita dan obsesi. Diibaratkan oleh hegel bahwa nafsu ini lah yang menjadi tangan bagi manusia untuk memcapai yang mereka ingini. Dan nafsu juga lah yang sebenarnya melandasi sebuah materialisme. Jadi jelas kan, menurut saya, materialisme maupun idealisme tetap saja dibutuhkan seorang manusia untuk hidup. Masalah nanti seseorang itu lebih condong pada idealisme atau materialisme, itu kembali lagi pada keyakinan, keadaan dan lingkungan hidup yang mereka hadapi. Praktisnya adalah kita semua memiliki idealisme masing-masing, dan di dorong juga oleh materialisme masing-masing. Jangan pernah lupa dengan dua unsur ini, dan jangan pula kita sombong dengan mengkalim diri kita sebagai orang yang mati matian mengagungkan idealisme, karena tanpa kita sadari kita sendiri sudah memiliki sifat materialis dengan nafsu atau keinginan seseorang dapat ikut meyakini apa yang kita yakini.

    kemudian menanggapi tentang motor penggerak sejarah. saya percaya segala sesuatu di dunia ini terjadi atas kehendak Alloh, bahkan satu kejahatan sekalipun. saya meyakini itu, dan hal ini menjadi mutlak bagi orang yang meyakininya. tetapi saya pikir, ketika kita mengembalikan semua peristiwa sejarah kepada Alloh sebagai penggerak utama, itu menjadi hal yang tidak adil. kenapa tidak adil ? karena menurut saya bukan hal ini yang harus kita cari dari sejarah. secara nyata sejarah yang ada di dunia adalah dibuat oleh manusia. maka dari itu saya lebih condong pada faktor kedua ; tokoh-tokoh dan pahlawan-pahlawanlah yang menggerakkan sejarah. hal ini menjadi jelas karena tokoh-tokoh dan pahlawan-pahlawanlah yang menciptakan suatu peristiwa menjadi peristiwa sejarah. kemudian untuk faktor ekonomi sendiri, menurut saya hal ini hanya bisa menjadi alasan untuk seseorang melakukan sesuatu. seperti yang kang farhan jelaskan di atas bahwa alasan VOC datang ke nusantara adalah karena faktor ekonomi. memang benar tapi pada akhirnya bukan ekonomi kan yang bergerak, manusia yang menjadi tokoh tokoh itulah yang bergerak. karena itulah saya meyakini bahwa yang satu-satunya yang menjadi motor penggerak sejarah adalah manusia. sedangkan ekonomi, sama seperti kekuasaan berasal dari hawa nafsu yang menjadi hal materialis, cukup menjadi alasan, landasan seseorang untuk berbuat seuatu. kemudian Alloh jelas menjadi yang menentukkan bahwa sesuatu akan terjadi atau tidak, tapi tetap yang berbuat secara nyata adalah manusia.

    nuhun..
    mudah-mudahan kita bisa terus bertukar pikiran kayak gini..
    sulit buat faham mengenai filsafat sejarah, karena kita punya idealisme yang berbeda-beda.,

    rubby meihardi
    180310090004

  31. friska kartikasari says:

    Filsafat sejarah menurut saya merupakan salah satu cabang filsafat umum yang mengkaji hakikat sejarah. Manusia dengan akal dan kalbunya berpikir dan merenungkan secara kritis analitis, sistematis, fundamental, universal, integral dan radikal untuk mencari dan menemukan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi pada waktu yang lalu. Dengan perkataan lain filsafat sejarah mengkaji sejarah (sebagai peristiwa, kisah, dan ilmu) dalam perspektif filsafat baik dalam dimensi ontologis, epistimologis, maupun aksiologis.jadi filsafat sejarah merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji hakikat sejarah secara kritis dan analis.

    Friska kartikasari
    180310090019

  32. enung nursilfia says:

    asalammualikum wr.wb

    – sebeum menuju ke pembahasan, saya dalam hal ini masih belajar dan menpelajari hal – hal tentang sejarah. Sebelum melangkah pada Filsafat sejarah itu sendiri, mungkin tidak ada salahnya jika mendefinisikan filsafat itu sendiri, menurut Irmayanti Meliono, dkk (2007:1). fisafat yaitu studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Mencermati dari pengertian tersebut bahwa pada prinsipnya filsafat adalah tentang pola pikir yang tertuang pada proses kehidupan. Proses berpikir tersebut menciptakan sebuah fenomena dan penemuan baik sengaja maupun tidak sengaja, Socrates seorang filusuf terkenang mengemukakan hal tersebut yang kemudian kita seringa mendengar semboyan tersebut “ Cogito Ergo sum” “aku berpikir maka aku ada”. Tentu ada proses dalam sejarah yaitu 1. Yang mengendalikan sejarah perjalanan 2. Tokoh yng menjalankan atau menggerakan sejarah dan terakhir, 3. Fakor Ekonomi. Tiga Pernyataan itu yang di kemukan oleh Al Khudari.
    Pertanyaan yang masih belum saya pahami, ketika membandingkan secara tersirat antara filsafat dengan proses terjadinya sejarah. Apakah sejarah terbentuk dari pola pikir?

    – Bagaimanapun dalam keadaan sadar atau tidak sadar filsafat spekulatif telah memberikan sumbangan, yang saya tanyakan adalah bagaimana filsafat spekulatif menunjukan peristiwa – peristiwa yang pantas untuk sejarawan ?
    sekian saja pertanyaan saya untuk bapak ataupun teman – teman yang mau menanggapi, maf apabila penjelasan dan pertanyaan saya masih terdapat banyak kekurangan.

    enung nursilfia
    180310090007

  33. nuryanti says:

    Assalamualaikum

    Pak saya mau betanya tentang pembahasan sejarah spekulatif. Di dalam filsafat sejarah spekulatif terdapat hukum umum yang mendominasi gerak sejarah. Hukum-hukum tersebut apa saja yang sangat berpengaruh untuk mendukung pola gerak sejarah menuju kearah maju seperti dalam gerak sejarah yang mengarah kepada kebebasab, keadilan dan lain sebagainya?

    Terimakasih

    Nuryanti
    180310090034

  34. assalamualaikum wr.wb …….

    permisi saya mencoba mengomentari blog ini,, semoga saya tidak ditimpuk bata ya gan .
    😀

    menurut saya ,, Allah lah merupakan fartor utama dalam penggerak sejarah , karena semua konsep kehidupan tak lepas oleh-Nya. tetapi peran manusia sangat menetukan sekali, karena manusialah sebagai media dari penggerak itu. semua perilaku manusia itu sendiri yang menentukan faktor ekonomi, sosial, politik, budaya, dll.

    dhio yudhistira p
    1800310080031

  35. maaf pak,,saya ingin menanggapi beberapa pernyataan dari teman teman yang mengatakan bahwa pernyataan pertama yang mengatakan bahwa Allah lah yang menjadi penggerak utama dari pergerakan sejarah..saya hanya ingin menegaskan kembali kepada teman – teman bahwa kita mengikuti konsep sejarah yang berjalan, bukan mengikuti konsep ke agamaan. Bukan berarti saya tidak punya Tuhan, tetapi agama adalah ciptaan dari hasil peradaban manusia itu sendiri. Agama adalah hasil perkembangan pemikiran manusia agar dapat membatasi laju perkembangan pemikiran manusia itu agar tidak terlalu jauh melenceng ke arah yang negatif dalam kata lain adalah dosa. Kembali saya mengingatkan kepada teman – teman akan pelajaran pak Rachmat yang mengatakan bahwa sudut pandang agama dan sudut pandang ilmu filsafat, logika, dan lain jenisnya tidak dapat di satukan atau memang tidak sejalan. (Theologi dan Ideologi tidak sama). terima kasih..
    Sedikit berbicara tentang agama, sebuah agama berdiri pada tahun yang telah kita ketahui. Agama Islam, Agama Kristen, Agama Hindu, Budha, dan lainnya semua memiliki tahun berdiri yang dimana peradaban manusia itu sendiri telah ada sebelum agama itu muncul. Pemikiran manusia berkembang dan mengenal sebuah kebudayaan adalah sebelum manusia memiliki agama seperti yang sekarang. Jangan salah juga buat teman teman, sebelum kita menganut agama kita masing masing yang sekarang, nenek moyang kita terdahulu telah memnganut sebuah aliran kepercayaan tersendiri. mereka juga berpendapat bahwa aliran merekalah yang menciptakan bumi ini dan yang telah mentakdirkan semua ini terjadi, tapi kembali lagi ke pemikiran logika. Semua kitu hanyalah hasil dari perkembangan pemikiran manusia itu sendiri. Dengan kata lain di dalam pemikiran filsafat, Surga dan Neraka adalah ciptaan manusia. bukan berarti saya menjatuhkan agama dan saya tidak memiliki agama, tapi jika berbicara tentang filsafat, itulah jawabannya. Terimakasih.

  36. dewi sekar arum says:

    Assalamualaikum wr.wb

    saya mau mencoba memberikan tanggapan di blog ini, maaf klo ad kesalahan pak, karena saya juga masih dalam proses belajar dan mempelajari ilmu-ilmu sejarah.
    menurut saya, Filsafat sejarah itu mengandung dua spesialisasi. Pertama, sejarah yang berusaha untuk memastikan suatu tujuan umum yang mengurus dan menguasai semua kejadian dan seluruh jalannya sejarah. Usaha ini sudah dijalankan berabad-abad lamanya. Kedua, sejarah yang bertujuan untuk menguji serta menghargai metode ilmu sejarah dan kepastian dari kesimpulan-kesimpulannya
    Selain tujuan sejarah untuk mengetahui masa depan, juga bertujuan untuk membangun idealisme sejati. Idealisme sejati itu akan mampu membuat perubahan pada proses perjalanan sejarah karena kemampuannya memberikan kekuatan pada subjek sejarah. Semangat itu bukan berupa kekuatan fisik, melainkan berupa spirit yang bergejolak dalam jiwa manusia sebagai penyebab penggerak (active cause) untuk menghasilkan langkah-langkah konkrit dalam memecahkan problematika manusia.

    Dewi Sekar Arum
    180310090031

  37. husnul khatimah says:

    Assalamua’laikum..
    BaPak, disini saya mencoba memaknai pendapat mengenai faktor utama yang mengendalikan perjalanan sejarah yang pertama yaitu “Alloh-lah faktor satu-satunya yang mengendalikan perjalanan sejarah’. Sebelumnya maaf pak jikalau pemaknaan saya ini sangat-sangat salah dan saya mohon bimbingan dari bapak untuk pembenarannya.
    Menurut pendapat saya tentang kalimat “Alloh-lah faktor satu-satunya yang mengendalikan perjalanan sejarah”mungkin makna pertama yang akan muncul adalah bahwa tuhanlah yang merobah kedaan dalam kehidupan di dunia ini tampa ada keterlibatan atau usaha dari manusia sendiri karena memang sesungguhnya tuhan berkuasa dengan apa yang ada dilangit dan dibumi,akan tetapi bila kita melihat atau merujuk kepada sebuah ayat al-Qur’an surat Ar-Ra’d kita akan mendapat makna yang berbeda dari yang sebelumnya(‘Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri [13:11]). Dari ayat ini dapat kita simpulkan bahwa ALLAH memerintahkan kepada umat islam untuk merubah keadaan dibutuhkan usaha dan pengorbanan dari manusia tersebut tentunya usaha ini diiringi juga dengan doa (Ikhtiar). Jadi dengan demikian diketahui bahwa tampa ada usaha tidak mungkin perubahaan akan tercipta dan dengan demikian juga pendapat kedua berlaku disini yaitu Tokoh-tokoh yang pahlawanlah yang membuat dan menggerakkan sejarah karena pendapat ini mengandung makna adanya usaha yang dilakukan oleh manusia.
    menurut saya mungkin makna dari “Alloh-lah faktor satu-satunya yang mengendalikan perjalanan sejarah” merujuk pada “tujuan akhir dari kehidupan manusia” . sebelumnya harus kita ketahui terlebih dahulu bahwa apa yang dilakukan manusia di dunia ini tentunya mempunyai maksud atau tujuan tertentu. Bagi mereka yang mempercayai bahwa adanya sang pencipta pasti akan menyadari bahwa tujuan dari kehidupan itu bukanlah semata untuk mencari kebahagiaan atau kesuksesan didunia semata,bahwasanya tujuan akhir yang sejati dari kehidupan ini adalah kembali pada sang pencipta. Disanalah kebahagiaan dan kehidupan yang abadi diperoleh dan untuk mencapainya manusia harus selalu taat dan patuh terhadap-Nya. Dengan memahami dan menyadari tujuan akhir dari kehidupan manusia,inilah yang akhirnya membimbing dan menuntun mereka dalam bertindak dan berkelakuan di dunia ini. Jadi menurut hemat saya tujuan akhir dari kehidupan tadi itulah yang mengendalikan perjalanan sejarah dimana tujuan akhir itu adalah kembali kepada sang pencipta,tempat dimana kehidupan dan kebahagiaan yang abadi diperoleh

    wassalam..
    husnul khatimah (180310090046)

  38. Rendra Insan says:

    Assalamualaikum wr.wb …..
    mohon maaf, sebelumnya saya agak telat dalam mengirimkan komentar atau pertanyaan yang bapak minta

    Sedikit melanjutkan apa yang telah diuraikan oleh adik – adik angkatan saya (maklum veteran pak)

    Jika kita melihat dari motor penggerak sejarah dalam filsafat sejarah spekulatif mungkin kita bisa katakan kalau sejarah itu sudah terprediksi atau kita bisa lihat kemana arah gerak sejarah tersebut, tapi saya yakin tidak ada satu faktor pun yang menyebabkan sejarah itu memaksakan terjadi pada diri manusia. karena manusia lah yang mengerakkan sejarah walaupun belum tentu dapat mengendalikan sejarah tersebut. dari pendapat saya ini timbul pertanyaan..apakah gerak sejarah itu selalu bergerak lurus, tanpa ada arah yang berubah, atau mungkin gerak sejarah itu bergerak mundur? jika kita kembalikan pada pernyataan sejarah mungkin berulang mungkin saja gerak sejarah itu kembali mundur tapi jika kita lihat dari motor penggerak sejarah tersebut pastinya gerak sejarah itu maju. Oleh karena itu bagaimana tanggapan bapa ataupun saudara – saudari adek kelas lainnya,

    Rendra Insan
    180310060012

  39. Rendra Insan says:

    Assalamualaikum wr.wb …..
    mohon maaf, sebelumnya saya agak telat dalam mengirimkan komentar atau pertanyaan yang bapak minta

    Sedikit melanjutkan apa yang telah diuraikan oleh adik – adik angkatan saya (maklum veteran pak)

    Jika kita melihat dari motor penggerak sejarah dalam filsafat sejarah spekulatif mungkin kita bisa katakan kalau sejarah itu sudah terprediksi atau kita bisa lihat kemana arah gerak sejarah tersebut, tapi saya yakin tidak ada satu faktor pun yang menyebabkan sejarah itu memaksakan terjadi pada diri manusia. karena manusia lah yang mengerakkan sejarah walaupun belum tentu dapat mengendalikan sejarah tersebut. dari pendapat saya ini timbul pertanyaan..apakah gerak sejarah itu selalu bergerak lurus, tanpa ada arah yang berubah, atau mungkin gerak sejarah itu bergerak mundur? jika kita kembalikan pada pernyataan sejarah mungkin berulang mungkin saja gerak sejarah itu kembali mundur tapi jika kita lihat dari motor penggerak sejarah tersebut pastinya gerak sejarah itu maju. Oleh karena itu bagaimana tanggapan bapa ataupun saudara – saudari adek kelas lainnya,

    Rendra Insan
    180310060012

  40. Onward says:

    pa saya mau tanya.
    Apakah sejarah itu bergerak secara siklis, linier atau dialektis. Dan saya masih sedikit bingung dan rumit untuk membedakan antara sejarah filsafat, filsafat sejarah dan pengertian tentang sejarah apabila di kaji menurut teori filsafat sejarah?

    onward pandiangan.
    180310070029

  41. Siti Maryam Ramadhan says:

    Assalamu’alaikum wr.wb ..

    Saya mau menanggapi tulisan Bapak mengenai motor penggerak sejarah menurut al-Khudhari (1987: 54) yang menyebutkan bahwa para pemikir berbeda pendapat mengenai faktor utama yang mengendalikan perjalanan sejarah. Dalam hal ini ia mencatat ada tiga pendapat, yaitu:
    1. Alloh-lah faktor satu-satunya yang mengendalikan perjalanan sejarah.
    2. Tokoh-tokoh yang pahlawanlah yang membuat dan menggerakkan sejarah.
    3. Faktor ekonomi.
    Dari ketiga faktor ini yang saya ingin komentari adalah faktor pertama dimana Alloh-lah faktor satu-satunya yang mengendalikan perjalanan sejarah. Menurut saya, justru manusialah yang menggerakan sebuah kisah sejarah, bukan Allah. karena manusialah yang mempunyai hawa nafsu untuk melekukan apa yang ia inginkan sehingga terjadilah sesuatu yang nantiya disebut peristiwa kesejarahan. alloh memang mempunyai kuasa yang besar atas apapun yang ada si muka bumi ini,namun yang saya yakini adalah bahwa motor penggerak sejarah adalah manusia bukan Alloh.

    Terimakasih Pak,
    Wassalamu’alaikum wr.wb

    _Siti Maryam Ramadhan_
    NPM. 180310090009

  42. maria husna says:

    Assalamu’alaikum..
    Hanya mencoba menambahkan, dan ikut berkomentar..
    Dialektika tentang filsafat sejarah sampai saat ini selalu menimbulkan perdebatan tersendiri antara para filsuf sejarah dan ahli sejarah. Apakah pengertian tentang devinisi sejarah hanya memberikan gambaran masa lalu dengan sebuah event atau moment tertentu saja,
    Untuk mendapatkan suatu gambaran yang tepat mengenai pemahaman kita terhadap filsafat sejarah yang sesungguhnya, maka tinjauan sejarah tidak bisa melepaskan diri dari asas ataupun metodologi filsafat sebagai pisau analisanya . Dalam judul diatas terdapat kata kunci antara spekulatif dan kritik sebagai media untuk menjembatani filsafat sejarah yang pertama-tama harus diuraikan dulu kata spekulatif yang kadang disalah tafsirkan oleh kaum awam mengenai arti spekulatif itu sendiri. Ada pemahaman umum mengenai pengertian spekulatif yang kerap dipahami sebagai analogi dari kata spekulan, yang untung-untungan, dalam transaksi bisnis perniagaan, atau juga spekulatif diartikan tindakan “berjudi” yang tanpa perhitungan maupun dasar alasan yang tepat. Meski pada muara pengertian spekulatif mempunyai keterarahan pada sebuah konteks yang penuh dengan keraguan. Dalam ranah filsafat kata “spekulatif” menyiratkan ketidak puasan terhadap apa yang diperoleh melalui pencerapan pengetahuan. Sehingga pada tingkatan tertentu kata apriori sebenarnya identik dengan maksud spekulatif dalam pemahaman saya. dalam ruang lingkup filsafat sejarah spekulatif, objek materialnya menyoal tentang proses sejarah.
    Filsafat sejarah spekulatif tidak dengan sendirinya menerima masa lalu sebagai satu-satunya gambaran kita tentang definisi sejarah. Sehingga banyak pertanyaan yang diajukan akan selalu berkorelasi dengan pola-pola tertentu. Sementara pada filsafat sejarah kritis objek materialnya ilmu sejarah itu sendiri sementara objek formalnya adalah ciri konseputal, logis dan dapat dipertanggung jawabkan. Memang pada dasarnya filsafat sejarah kritis selalu menitik beratkan pada data. Dan pada data sejumlah fakta akan terungkap yang menyangkut dengan kenyataan sejarah, namun apakah dengan sejumlah fakta yang tersaji itu sudah cukup jika penelusuran tentang fakta-fakta sejarah itu hanya berhenti pada satu titik. Itulah kemudian yang menjadi pokok persoalan ketika sejarah filsafat spekulatif hadir dengan sejumlah pertanyaan mengenai linieritas, siklis maupun yang dialektis dalam tataran filsafat sejarah. Menurut saya ada keterpautan lebih jauh menyangkut konsep sejarah jika dilihat dari sudut pandang filsafat. Misalnya keterlibatan pola-pola sejarah dalam tinjauan filsafat bisakah menjadi sebuah “jaminan” menyangkut dengan arah perkembangan sejarah, dengan kehidupan manusia yang ada didalamnya.
    Kemudian menyangkut perihal motor penggerak sejarah, dimana al-Khudhari menyebutkan ada tiga diantaranya Alloh-lah faktor satu-satunya yang mengendalikan perjalanan sejarah,
    Tokoh-tokoh yang pahlawanlah yang membuat dan menggerakkan sejarah,dan
    Faktor ekonomi saya sependapat dengan apa yang dituturkan oleh Faqih Rohman Syafei.

    Maria Husna
    180310090017

  43. Lia Apika Pakarti says:

    Assalamualaikum pak..
    saya mau bertanya, mengenai motor penggerak sejarah yang dikemukakan oleh Al-Khudhari, ia menjelaskan bahwa para pemikir masing-masing memiliki perbedaan pendapat mengenai faktor utama yang mengendalikan perjalanan sejarah. salah satu dari tiga pendapat tersebut adalah yang mengendalikan perjalanan sejarah adalah akibat faktor ekonomi. Berbeda dari dua faktor yang lainnya, faktor ini adalah satu2nya yang merupakan hasil dari perbuatan manusia yang sebenarnya masih berkaitan dengan kategori-kategori lainnya. pertanyaannya, apabila faktor ekonomi dapat dimasukkan kedalam faktor yang mengendalikan perjalanan sejarah, mengapa kategori-kategori lain seperti politik, budaya, sosial, dan lain sebagainya tidak dimasukkan kedalam faktor pengendali perjalanan ini?

    Lia Apika Pakarti
    180310090032

  44. Fathia says:

    teman-teman, bagus sekali komentar-komentarnya. Semuanya bermakna, tanpa ada ragu menyampaikan sungkapan hati.

  45. Permisi pak saya Karolina Sianipar izinkan saya untuk sekedar memberikan komentar
    Dalam Filsafat Sejarah Spekulatif menimbulkan peristiwa-peristiwa besar di dunia, hal ini disebabkan filsafat sejarah spekulatif dianggap sebagai sebuah ideologi yang diperjuangkan. Jadi Filsafat sejarah spekulatif ialah suatu perenungan akan sifat-sifat gerak dalam sejarah yang stuktur didalammnya terkandung proses gerak sejarah. Ada 3 isu spekulatif
    1. Kekuatan yang menggerakan sejarah
    2. Pola sejarah
    3. Arah/tujuan sejarah
    Yang menjadi gerak dari sejarah ialah kehidupan. Dari filasafat sejarah spekulatif tidak ada sesuatu yang kebetulan karena ada kekuatan yang menggerakannya. Menurut Karl Marx, dia berpendapat bahwa penggerak sejarah ialah Ekonomi.
    Menurut Filsafat sejarah Spekulatif kekuatan sejarah digerakan oleh pikiran atau ide. Ada 2 pemikiran/ide : Idealisme dan Matrealisme
    Pemikiran idealisme memiliki sifat spiritual ( Religi ) yang lebih dalam. Dalam pemikiran Idealisme menempatkan Tuhan sebagai faktor utama dalam penggerak sejarah. Dalam teologi Tuhan merupakan sebagai faktor yang sangat berpengaruh. Hal ini karena Tuhan memiliki kuasa dan Kehendak sedangkan manusia itu tidak mempunyai kehendak. Maksudnya disini ialah semua kejadian itu sudah diatur oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tinggal bagaimana kita beriktiar untuk menjalaninya. Ada sebuah teori yang menyatakan bahwa ubahlah apa yang Tuhan buat dengan Doa. Tuhan memberi izin mengubah takdir Tuhan dengan kesungguhan Doamu dan kesungguhan Ikhtiarmu. Dalam pemikiran Idealisme dipengaruhi oleh faktor keagamaan yang bersifat mutlak. Dalam arti kebenaran beragama itu tidak dapat berubah, apabila hukum agama itu benar, dulu, sekarang dan seterusnya juga akan benar.
    Sedangkan Matrealisme lebih mementingkan sifat kepentingan dan kepuasan didalamnya (materi). Pada matrealisme ada implikasi-implikasi negatif. Dalam pamikiran Matrealisme menempatkan ekonomi sebagai hal yang utama dalam penggerak sejarah. Kebutuhan dan kepuasan manusia dilatar belakangi oleh landasan Ekonomi. Karl Marx pun juga meyakini bahwa penggerak sejarah ialah Ekonomi.

    Makasih

    Karolina Sianipar 180310090001

Leave a comment